Jumat, 29 Juli 2011

TUJUAN KEBAIKAN RAMADHAN

Insya ALLAH kita akan bertemu bulan yang mulia yaitu bulan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya ada perintah ibadah shaum (puasa) yang di khususkan bagi umat nabi Muhammad saw. Dalam bulan ini, ALLAH SWT banyak menurunkan kebaikan yang harus kita rebut agar kita tidak kehilangan tujuan dari hikmah diwajibkannya shaum Ramadhan, yaitu : Ketaqwaan.
Nilai taqwa adalah nilai yang tinggi di hadapan ALLAH. Dalam firman yang lain, ALLAH SWT menjelaskan sebagian ciri hamba-Nya yang bertaqwa. "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Rabbmu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang di sediakan untuk orang-orang yang bertaqwa, (yaitu) orang-orang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. ALLAH menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya dirinya sendiri, mereka ingat akan ALLAH, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada ALLAH ? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Rabb mereka dan Syurga yangg didalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal." (Q.S al Imron: 133-136). Melalui ayat di atas, kita memahami ALLAH SWT menjanjikan ampunan dan surga-Nya bagi hamba-Nya yang bertaqwa, dan siapakah mereka ???
Pertama, orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik diwaktu lapang maupun sempit. Ketia orang memiliki kelebihan harta,  (bisa jadi) berinfaq akan terasa lebih mudah . Ini memang sudah sepatutnya. Kita belajar bagaimana infaq harta tercurah bagi dakwah islam di masa Rasulullah saw ditangan para sahabtnya yang kaya raya. Saat perang tabuk, Utsman bin affan menginfaqan 1000 ekor unta, 70 ekor kuda, dan 1000 dirham, bahkan disebut sebut sumabngan Utsman setara dengan sepertiga biaya perang tersebut. Namun pada awalnya, jiwa kedermawanan tidak dibangun, kecuali jika seseorang mampu berinfaq dalam keadaan sempit. inilah sebabnya mengapa ALLAH mencantumkan kata sempit yang berarti bahwa kemampuan berinfaq tidak hanya bisa dipikul bagi mereka yang meiliki kelapangan dalam harta, tetapi juga bisa dilakukan dalam keadaan kekurangan.
kedua, orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Kemarahan adalah sifat yang inheren dalam diri manusia, namun ia bisa dikendalikan dengan keimanan. Itulah sebabnya Rasulullah saw dalam haditsnya memberi nasehat kepada seorang pemuda, laa taghdhab, 'jangan marah' sebanyak tiga kali. (HR. Bukhori). Dalam hadits lain, Rasul mengatakan orang yang kuat itu bukan orang yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat ialah orang yang mampu menahan hawa nafsunya ketika marah." (HR. Bukhori dan Muslim).
Kemampuan menahan marah biasanya paralel dengan kemampuan memaafkan. Hal ini ketika seorang telahmampu menahan diri dari melampiaskan rasa marahnya, secara otomatis, dia lebih mudah melapangkan. Lebih jauh, kemampuan memaafkan ini dibangun dari rasa harap yang sangat terhadap ampunan ALLAH SWT. Dalam peristiwa haditsul ifki (berita bohong), Abu bakar ra pernah bersumpah untuk tidak memberi bantuan dan tidak memaafkan kerabatnya yang terlibat dalam fitnah terhadap putrinya, Aisyah ra. Namun peintah ALLAH SWT turun agar Abu Bakar ra memaaafkan dan ALLAH SWT abadikan peristiwa ini didalam firman-Nya "dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa ALLAH mengampunimu ? Dan ALLAH adalah maha pengampun lagi maha penyayang." ( QS. an-Nuur: 22).
Ketiga, orang-orang yang bila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka memohon ampun dan tidak meneruskan perbuatan kejinya. Kehidupan ini menyimpan banyak godaan. Hamba ALLAH yang berimanpun tidak luput dari godaan tersebut. Bisa jadi perbuatan keji (berzina, minum khamar, membunuh, dst) tersebut pernah dilakukan. Namun ampunan ALLAH tidak pernah tertutup selama nyawa masih dibadan, selama niat bertaubat tulus dan ikhlas semata karena ALLAH SWT, dan menjaga diri dengan tidak mengulanginya kembali. " Hai orang-orang yang beriman, ber-taubatlah kepada ALLAH dengan taubat yang semurni-murni nya, mudah-mudahan Rabbmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukanmu kedalam Syurga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, pada hari ketika ALLAH tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar dihadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau maha kuasa atas segala sesuatu" (QS. at-Tahriim: 8).


Marhaban ya Ramadhan, semoga denganmu, kami akan meraih kemulyaan nilai ketaqwaan, Wallahu 'alam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar